Sabtu, 07 Januari 2012

konvensi naskah

KONVENSI NASKAH

KELOMPOK 2 :
AMELIA AGNEHS (26209387)
ARVIANTO PRAMANDA (25209087)
DEWI FEFRIYANTI (22209849)
DWIKA YUNITA SARI (23209791)
INGGRIANY WIJAYA (26209096)
MUHAMMAD RIDWAN (20209145)
NURUL FARADILAH (25209797)
SAFIRA KAMILA (23209826)
SHINTA HARJANTI (25209351)
SYARIFAH YULIA KURNIANINGSIH (22209948)
YUYUN ROSIDA (21209326)
KONVENSI NASKAH
A. Pengertian Konvensi Naskah
Konvensi naskah adalah penulisan sebuah naskah berdasarkan ketentuan, aturan yang sudah lazim, dan sudah disepakati.Kelaziman dan kesepakatan ini cenderung menjadi aturan baku dan digunakan oleh para akademisi di perguruan tinggi. Namun ,penulisan naskah ilmiah tidak sebatas pada kegiatan akademis di perguruan tinggi. Para professional dalam berbagai lembaga pemerintah dan swasta, baik di dalam maupun di luar negeri cenderung menggunakan model naskah yang sudah lazim atau berdasarkan konvensi.
Konvensi penulisan naskah yang sudah lazim mencakup aturan pengetikan,pengorganisasian materi pelengkap , bahasa , dan kelengkapan penulisan lainnya.
B. Syarat formal dalam penyusunan sebuah naskah
Dalam menyusun sebuah karangan perlu adanya pengorganisasian karangan. Pengorganisasian karangan adalah penyusunan seluruh unsur karangan menjadi satu kesatuan karangan dengan berdasarkan persyaratan formal kebahasaan yang baik, benar, cermat, logis: penguasaan, wawasan keilmuan bidang kajian yang ditulis secara memadai; dan format pengetikan yang sistematis.

Persyaratan formal (bentuk lahiriah) yang harus dipenuhi sebuah karya menyangkut tiga bagian utama, yaitu: Bagian pelengkap pendahuluan, isi karangan, dan bagian pelengkap penutup.
A. Bagian Pelengkap Pendahuluan
a. Judul Pendahuluan (Judul Sampul)
b. Halaman Judul
c. Halaman Persembahan (kalau ada)
d. Halaman Pengesahan (kalau ada)
e. Kata Pengantar
f. Daftar Isi
g. Daftar Gambar (kalau ada)
h. Daftar Tabel (kalau ada)
B. Bagian Isi Karangan
a. Pendahuluan
b. Tubuh Karangan
c. Kesimpulan

C. Bagian Pelengkap Penutup
a. Daftar Pustaka (Bibliografi)
b. Lampiran (Apendix)
c. Indeks
d. Riwayat Hidup Penulis
· Bagian Pelengkap Pendahuluan
Judul pendahuluan adalah nama karangan. Halaman judul pendahuluan tidak mengandung apa-apa kecuali mencantumkan judul karangan atau judul buku. Judul karangan atau judul buku ditulis dengan huruf kapital. Biasanya letaknya di tengah halaman agak ke atas. Namun, variasi-variasi lain memang kerap sekali dijumpai.
Dalam pembuatan sebuah makalah atau skripsi, halaman judul mencantumkan nama karangan, penjelasan adanya tugas, nama pengarang (penyusun), kelengkapan identitas pengarang (nomor induk/registrasi, kelas, nomor absen), nama unit studi (unit kerja), nama lembaga (jurusan, fakultas, unversitas), nama kota, dan tahun penulisan.
Untuk memberikan daya tarik pembaca, penyusunan judul perlu memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut:
ü Judul menggambarkan keseluruhan isi karangan.
ü Judul harus menarik pembaca baik makna maupun penulisannya.
ü Sampul: nama karangan, penulis, dan penerbit.
ü Halaman judul: nama karangan, penjelasan adanya tugas, penulis, kelengkapan identitas pengarang, nama unit studi, nama lembaga, nama kota, dan tahun penulisan (dalam pembuatan makalah atau skripsi).
ü Seluruh frasa ditulis pada posisi tengah secara simetri (untuk karangan formal), atau model lurus pada margin kiri (untuk karangan yang tidak terlalu formal).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan makalah atau skripsi pada halaman judul:
o Judul diketik dengan huruf kapital, misalnya:
UPAYA MENGATASI KEMACETAN
DI KOTA JAKARTA
o Penjelasan tentang tugas disusun dalam bentuk kalimat, misalnya:
Makalah ini Disusun untuk Melengkapi Ujian Akhir
Mata Kuliah Bahasa Indonesia Semester Ganjil 2009
o Nama penulis ditulis dengan huruf kapital, di bawah nama dituliskan Nomor Induk Mahasiswa (NIM), misalnya:
YUYUN ROSIDA
21209326
o Logo universitas untuk makalah, skripsi, tesis, dan disertasi; makalah ilmiah tidak diharuskan menggunakan logo.



o Data institusi mahasiswa mencantumkan program studi, jurusan, fakultas, unversitas, nama kota, dan tahun ditulis dengan huruf kapital, misalnya:
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2011
Hal-hal yang harus dihindarkan dalam halaman judul karangan formal:
~ Komposisi tidak menarik.
~Tidak estetik.
~Hiasan gambar tidak relevan.
~Variasi huruf jenis huruf.
~Kata “ditulis (disusun) oleh.”
~Kata “NIM/NRP.”
~ Hiasan, tanda-tanda, atau garis yang tidak berfungsi.
~Kata-kata yang berisi slogan.
~Ungkapan emosional.
~Menuliskan kata-kata atau kalimat yang tidak berfungsi.
o Halaman Persembahan
Bagian ini tidak terlalu penting. Bila penulis ingin memasukan bagian ini, maka hal itu semata-mata dibuat atas pertimbangan penulis. Persembahan ini jarang melebihi satu halaman, dan biasanya terdiri dari beberapa kata saja.
Bila penulis menganggap perlu memasukkan persembahan ini, maka persembahan ini ditempatkan berhadapan dengan halaman belakang judul buku, atau berhadapan dengan halaman belakang cover buku, atau juga menyatu dengan halaman judul buku.
o Halaman Pengesahan
Halaman pengesahan digunakan sebagai pembuktian bahwa karya ilmiah yang telah ditanda-tangani oleh pembimbing, pembaca/penguji, dan ketua jurusan telah memenuhi persyaratan administratif sebagai karya ilmiah. Halaman pengesahan biasanya digunakan untuk penulisan skripsi, tesis, dan disertasi, sedangkan makalah ilmiah, dan karangan lainnya (baik non-fiksi maupun fiksi) tidak mengharuskan adanya halaman pengesahan. Penyusunan pengesahan ditulis dengan memperhatikan persyaratan formal urutan dan tata letak unsur-unsur yang harus tertulis di dalamnya.
Judul skripsi seluruhnya ditulis dengan huruf kapital pada posisi tengah antara margin kiri dan kanan. Nama lengkap termasuk gelar akademis pembimbing materi/teknis, pembaca/penguji, dan ketua program jurusan ditulis secara benar dan disusun secara simetri kiri-kanan dan atas-bawah. Skripsi diajukan kepada sidang penguji akademis setelah disetujui oleh pembimbing dan pembaca/penguji. Penulis skripsi dinyatakan lulus jika skripsinya telah diuji di hadapan sidang terbuka/tertutup dan telah ditanda-tangani oleh semua nama yang tercantum dalam halaman pengesahan. Nama kota dan tanggal pengesahan ditulis di atas kata ketua jurusan.
Hal-hal yang harus dihindarkan:
~Menggaris-bawahi nama dan kata-kata lainnya.
~Menggunakan titik atau koma pada akhir nama.
~ Tulisan melampaui garis tepi.
~ Menulis nama tidak lengkap.
~ Menggunakan huruf yang tidak standar.
~Tidak mencantumkan gelar akademis.
o Kata Pengantar
Kata pengantar fungsinya sama dengan sebuah surat pengantar. Kata pengantar adalah bagian karangan yang berisi penjelasan mengapa menulis sebuah karangan. Setiap karangan ilmiah, seperti: buku, skripsi, tesis, disertasi, makalah, atau laporan formal ilmiah harus menggunakan kata pengantar. Di dalamnya disajikan informasi sebagai berikut:
Ø Ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ø Penjelasan adanya tugas penulisan karya ilmiah (untuk skripsi, tesis, disertasi, atau laporan formal ilmiah).
Ø Penjelasan pelaksanaan penulisan karya ilmiah (untuk skripsi, tesis, disertasi, atau laporan formal ilmiah).
Ø Penjelasan adanya bantuan, bimbingan, dan arahan dari seseorang, sekolompok orang, atau organisasi/lembaga.
Ø Ucapan terima kasih kepada seseorang, sekolompok orang, atau organisasi/lembaga yang membantu.
Ø Penyebutan nama kota, tanggal, bulan, tahun, dan nama lengkap penulis, tanpa dibubuhi tanda-tangan.
Ø Harapan penulis atas karangan tersebut.
Ø Manfaat bagi pembaca serta kesediaan menerima kritik dan saran.
Kata pengantar merupakan bagian dari keseluruhan karya ilmiah. Sifatnya formal dan ilmiah. Oleh karena itu, kata pengantar harus ditulis dengan Bahasa Indonesia yang baku, baik, dan benar. Isi kata pengantar tidak menyajikan isi karangan, atau hal-hal lain yang tertulis dalam pendahuluan, tubuh karangan, dan kesimpulan. Sebaliknya, apa yang sudah tertulis dalam kata pengantar tidak ditulis ulang dalam isi karangan.
Hal-hal yang harus dihindarkan:
~Menguraikan isi karangan.
~Mengungkapkan perasaan berlebihan.
~Menyalahi kaidah bahasa.
~Menunjukkan sikap kurang percaya diri.
~Kurang meyakinkan.
~Kata pengantar terlalu panjang.
~Menulis kata pengantar semacam sambutan.
~Kesalahan bahasa: ejaan, kalimat, paragraf, diksi, dan tanda baca tidak efektif.
o Daftar Isi
Daftar isi adalah bagian pelengkap pendahuluan yang memuat garis besar isi karangan ilmiah secara lengkap dan menyeluruh, dari judul sampai dengan riwayat hidup penulis sebagaimana lazimnya sebuah konvensi naskah karangan. Daftar isi berfungsi untuk merujuk nomor halaman judul bab, sub-bab, dan unsur- unsur pelengkap dari sebuah buku yang bersangkutan.
Daftar isi disusun secara konsisten baik penomoran, penulisan, maupun tata letak judul bab dan judul sub-sub bab. Konsistensi ini dipengaruhi oleh bentuk yang digunakan.
o Daftar Gambar
Bila dalam buku itu terdapat gambar-gambar, maka setiap gambar yang tercantum dalam karangan harus tertulis didalam daftar gambar. Daftar gambar menginformasikan: judul gambar, dan nomor halaman.
o Daftar Tabel
Bila dalam buku itu terdapat tabel-tabel, maka setiap tabel yang tertulis dalam karangan harus tercantum dalam daftar tabel. Daftar tabel ini menginformasikan: nama tabel dan nomor halaman.
· Bagian Isi Karangan
Bagian isi karangan sebenarnya merupakan inti dari karangan atau buku; atau secara singkat dapat dikatakan karangan atau buku itu sendiri.
o Pendahuluan
Pendahuluan adalah bab I karangan. Tujuan utama pendahuluan adalah menarik perhatian pembaca, memusatkan perhatian pembaca terhadap masalah yang dibicarakan, dan menunjukkan dasar yang sebenarnya dari uraian itu. Pendahuluan terdiri dari latar belakang, masalah, tujuan pembahasan, pembatasan masalah, landasan teori, dan metode pembahasan. Kesuluruhan isi pendahuluan mengantarkan pembaca kepada materi yang akan dibahas, dianalisis-sintesis, dideskripsi, atau diuraikan dalam bab kedua sampai bab terakhir.
Untuk menulis pendahuluan yang baik, penulis perlu memperhatikan pokok-pokok yang harus tertuang dalam masing-masing unsur pendahuluan sebagai berikut:
1) Latar belakang masalah, menyajikan:
ü Penalaran (alasan) yang menimbulkan masalah atau pertanyaan yang akan diuraikan jawabannya dalam bab pertengahan antara pendahuluan dan kesimpulan dan dijawab atau ditegaskan dalam kesimpulan. Untuk itu, arah penalaran harus jelas, misalnya deduktif, sebab-akibat, atau induktif.
ü Kegunaan praktis hasil analisis, misalnya: memberikan masukan bagi kebijakan pimpinan dalam membuat keputusan, memberikan acuan bagi pengembangan sistem kerja yang akan datang.
ü Pengetahuan tentang studi kepustakaan, gunakan informasi mutakhir dari buku-buku ilmiah, jurnal, atau internet yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penulis hendaklah mengupayakan penggunaan buku-buku terbaru.
ü Pengungkapan masalah utama secara jelas dalam bentuk pertanyaan, gunakan kata tanya yang menuntut adanya analisis, misalnya: bagaimana...., mengapa.....
ü Tidak menggunakan kata apa karena tidak menuntut adanya analisis, cukup dijawab dengan ya atau tidak.
2) Tujuan penulisan berisi:
ü Target, sasaran, atau upaya yang hendak dicapai, misalnya: mendeskripsikan hubungan X terhadap Y; membuktikan bahwa budaya tradisi dapat dilestarikan dengan kreativitas baru; menguraikan pengaruh X terhadap Y.
ü Upaya pokok yang harus dilakukan, misalnya: mendeskripsikan data primer tentang kualitas budaya tradisi penduduk asli Jakarta; membuktikan bahwa pembangunan lingkungan pemukiman kumuh yang tidak layak huni memerlukan bantuan pemerintah.
ü Tujuan utama dapat dirinci menjadi beberapa tujuan sesuai dengan masalah yang akan dibahas. Jika masalah utama dirinci menjadi dua, tujuan juga dirinci menjadi dua.
3) Ruang lingkup masalah berisi:
ü Pembatasan masalah yang akan dibahas.
ü Rumusan detail masalah yang akan dibahas.
ü Definisi atau batasan pengertian istilah yang tertuang dalam setiap variabel. Pendefinisian merupakan suatu usaha yang sengaja dilakukan untuk mengungkapkan suatu benda, konsep, proses, aktivitas, peristiwa, dan sebagainya dengan kata-kata.[4]
4) Landasan teori menyajikan:
ü Deskripsi atau kajian teoritik variabel X tentang prinsip-prinsip teori, pendapat ahli dan pendapat umum, hukum, dalil, atau opini yang digunakan sebagai landasan pemikiran kerangka kerja penelitian dan penulisan sampai dengan kesimpulan atau rekomendasi.
ü Penjelasan hubungan teori dengan kerangka berpikir dalam mengembangkan konsep penulisan, penalaran, atau alasan menggunakan teori tersebut.
5) Sumber data penulisan berisi:
ü Sumber data sekunder dan data primer.
ü Kriteria penentuan jumlah data.
ü Kriteria penentuan mutu data.
ü Kriteria penentuan sample.
ü Kesesuaian data dengan sifat dan tujuan pembahasan.
6) Metode dan teknik penulisan berisi:
ü Penjelasan metode yang digunakan dalam pembahasan, misalnya: metode kuantitatif, metode deskripsi, metode komparatif, metode korelasi, metode eksploratif, atau metode eksperimental.
ü Teknik penulisan menyajikan cara pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dan kuisioner; analisis data, hasil analisis data, dan kesimpulan.
7) Sistematika penulisan berisi:
ü Gambaran singkat penyajian isi pendahuluan, pembahasan utama, dan kesimpulan.
ü Penjelasan lambang-lambang, simbol-simbol, atau kode (kalau ada).
o Tubuh Karangan
Tubuh karangan atau bagian utama karangan merupakan inti karangan berisi sajian pembahasan masalah. Bagian ini menguraikan seluruh masalah yang dirumuskan pada pendahuluan secara tuntas (sempurna). Di sinilah terletak segala masalah yang akan dibahas secara sistematis. Kesempurnaan pembahasan diukur berdasarkan kelengkapan unsur-unsur berikut ini:­­
1) Ketuntasan materi:
Materi yang dibahas mencakup seluruh variabel yang tertulis pada kalimat tesis, baik pembahasan yang berupa data sekunder (kajian teoretik) maupun data primer. Pembahasan data primer harus menyertakan pembuktian secara logika, fakta yang telah dianalisis atau diuji kebenarannya, contoh-contoh, dan pembuktian lain yang dapat mendukung ketuntasan pembenaran.
2) Kejelasan uraian/deskripsi:
ü Kejelasan konsep:
Konsep adalah keseluruhan pikiran yang terorganisasi secara utuh, jelas, dan tuntas dalam suatu kesatuan makna. Untuk itu, penguraian dari bab ke sub-bab, dari sub-bab ke detail yang lebih rinci sampai dengan uraian perlu memperhatikan kepaduan dan koherensial, terutama dalam menganalisis, menginterpretasikan (manafsirkan) dan menyintesiskan dalam suatu penegasan atau kesimpulan. Selain itu, penulis perlu memperhatikan konsistensi dalam penomoran, penggunaan huruf, jarak spasi, teknik kutipan, catatan pustaka, dan catatan kaki.
ü Kejelasan bahasa:
Kejelasan dan ketetapan pilihan kata yang dapat diukur kebenarannya. Untuk mewujudkan hal itu, kata lugas atau kata denotatif lebih baik daripada kata konotatif atau kata kias (terkecuali dalam pembuatan karangan fiksi, kata konotatif atau kata kias sangat diperlukan)
Kejelasan makna kalimat tidak bermakna ganda, menggunakan struktur kalimat yang betul, menggunakan ejaan yang baku, menggunakan kalimat efektif, menggunakan koordinatif dan subordinatif secara benar.
Kejelasan makna paragraf dengan memperhatikan syarat-syarat paragraf: kesatuan pikiran, kepaduan, koherensi (dengan repetisi, kata ganti, paralelisme, kata transisi), dan menggunakan pikiran utama, serta menunjukkan adanya penalaran yang logis (induktif, deduktif, kausal, kronologis, spasial).
ü Kejelasan penyajian dan fakta kebenaran fakta:
Kejelasan penyajian fakta dapat diupayakan dengan berbagai cara, antara lain: penyajian dari umum ke khusus, dari yang terpenting ke kurang penting; kejelasan urutan proses. Untuk menunjang kejelasan ini perlu didukung dengan gambar, grafik, bagan, tabel, diagram, dan foto-foto. Namun, kebenaran fakta sendiri harus diperhatikan kepastiannya.
Hal-hal lain yang harus dihindarkan dalam penulisan karangan (ilmiah):
~Subjektivitas dengan menggunakan kata-kata: saya pikir, saya rasa, menurut pengalaman saya, dan lain-lain. Atasi subjektivitas ini dengan menggunakan: penelitian membuktikan bahwa…, uji laboratorium membuktikan bahwa…, survei membuktikan bahwa…,
~Kesalahan: pembuktian pendapat tidak mencukupi, penolakan konsep tanpa alasan yang cukup, salah nalar, penjelasan tidak tuntas, alur pikir (dari topik sampai dengan simpulan) tidak konsisten, pembuktian dengan prasangka atau berdasarkan kepentingan pribadi, pengungkapan maksud yang tidak jelas arahnya, definisi variabel tidak (kurang) operasional, proposisi yang dikembangkan tidak jelas, terlalu panjang, atau bias, uraian tidak sesuai dengan judul.
o Kesimpulan
Kesimpulan atau simpulan merupakan bagian terakhir atau penutup dari isi karangan, dan juga merupakan bagian terpenting sebuah karangan ilmiah. Pembaca yang tidak memiliki cukup waktu untuk membaca naskah seutuhnya cenderung akan membaca bagian-bagian penting saja, antara lain kesimpulan. Oleh karena itu, kesimpulan harus disusun sebaik mungkin. Kesimpulan harus dirumuskan dengan tegas sebagai suatu pendapat pengarang atau penulis terhadap masalah yang telah diuraikan.
Penulis dapat merumuskan kesimpulannya dengan dua cara:
o Dalam tulisan-tulisan yang bersifat argumentatif, dapat dibuat ringkasan-ringkasan argumen yang penting dalam bentuk dalil-dalil (atau tesis-tesis), sejalan dengan perkembangan dalam tubuh karangan itu.
o Untuk kesimpulan-kesimpulan biasa, cukup disarikan tujuan atau isi yang umum dari pokok-pokok yang telah diuraikan dalam tubuh karangan itu.
· Bagian Pelengkap Penutup
Bagian pelengkap penutup juga merupakan syarat-syarat formal bagi suatu karangan ilmiah.
o Daftar pustaka (Bibliografi)
Setiap karangan ilmiah harus menggunakan data pustaka atau catatan kaki dan dilengkapi dengan daftar bacaan. Daftar pustaka (bibliografi) adalah daftar yang berisi judul buku, artikel, dan bahan penerbitan lainnya yang mempunyai pertalian dengan sebuah atau sebagian karangan.
Unsur-unsur daftar pustaka meliputi:
Ø Nama pengarang: penulisannya dibalik dengan menggunakan koma.
Ø Tahun terbit.
Ø Judul buku: penulisannya bercetak miring.
Ø Data publikasi, meliputi tempat/kota terbit, dan penerbit..
Ø Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel, nama majalah, jilid, nomor, dan tahun terbit.
Contoh: Tarigan, Henry. 1990. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. (Banyak versi lainnya, misal: Sistem Harvard, Sistem Vancover, dan lain-lain)
Keterangan:
· Jika buku itu disusun oleh dua pengarang, nama pengarang kedua tidak perlu dibalik.
· Jika buku itu disusun oleh lembaga, nama lembaga itu yang dipakai untuk menggantikan nama pengarang.
· Jika buku itu merupakan editorial (bunga rampai), nama editor yang dipakai dan di belakangnya diberi keterangan ed. ‘editor’
· Nama gelar pengarang lazimnya tidak dituliskan.
· Daftar pustaka disusun secara alfabetis berdasarkan urutan huruf awal nama belakang pengarang.
o b. Lampiran (Apendix)
Lampiran (apendix) merupakan suatu bagian pelengkap yang fungsinya terkadang tumpang tindih dengan catatan kaki. Bila penulis ingin memasukan suatu bahan informasi secara panjang lebar, atau sesuatu informasi yang baru, maka dapat dimasukkan dalam lampiran ini. Lampiran ini dapat berupa esai, cerita, daftar nama, model analisis, dan lain-lain. Lampiran ini disertakan sebagai bagian dari pembuktian ilmiah. Penyajian dalam bentuk lampiran agar tidak mengganggu pembahasan jika disertakan dalam uraian.
o Indeks
Indeks adalah daftar kata atau istilah yang digunakan dalam uraian dan disusun secara alfabetis (urut abjad). Penulisan indeks disertai nomor halaman yang mencantumkan penggunaan istilah tersebut. Indeks berfungsi untuk memudahkan pencarian kata dan penggunaannya dalam pembahasan.
o Riwayat Hidup Penulis
Buku, skripsi, tesis, disertasi perlu disertai daftar riwayat hidup. Dalam skripsi menuntut daftar RHP lebih lengkap. Daftar riwayat hidup merupakan gambaran kehidupan penulis atau pengarang. Daftar riwayat hidup meliputi: nama penulis, tempat tanggal lahir, pendidikan, pengalaman berorganisasi atau pekerjaan, dan karya-karya yang telah dihasilkan oleh penulis.
DAFTAR PUSTAKA
· HS, Widjono. BAHASA INDONESIA Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Grasindo, 2007.
· http://logicexploration.blogspot.com/2010/12/konvensi-naskah-dan-penyntingan.html

Jumat, 02 Desember 2011

topik, tema dan judul (tugas softskill)


1. a).Jelaskan perbedaan,sebutkan ciri-ciri dan syarat dari topic, tema, judul dan bagaimana cara membahas topic?

1. Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran dalam membuat suatu tulisan. Di setiap tulisan pastilah mempunyai sebuah tema, karena dalam sebuah penulisan dianjurkan harus memikirkan tema apa yang akan dibuat. Dalam menulis cerpen,puisi,novel,karya tulis, dan berbagai macam jenis tulisan haruslah memiliki sebuah tema. Jadi jika diandaikan seperti sebuah rumah, tema adalah atapnya. Tema juga hal yang paling utama dilihat oleh para pembaca sebuah tulisan. Jika temanya menarik, maka akan memberikan nilai lebih pada tulisan tersebut.

Topik adalah hal yang pertama kali ditentukan ketika penulis akan membuat tulisan. Topik yang masih awal tersebut, selanjutnya dikembangkan dengan membuat cakupan yang lebih sempit atau lebih luas. Terdapat beberapa kriteria untuk sebuah topik yang dikatakan baik, diantaranya adalah topik tersebut harus mencakup keseluruhan isi tulisan, yakni mampu menjawab pertanyaan akan masalah apa yang hendak ditulis. Ciri utama dari topik adalah cakupannya atas suatu permasalahan msih bersifat umum dan belum diuraikan secara lebih mendetail.

Judul adalah perincian atau penjabaran dari topik. Judul lebih spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas. Judul tidak harus sama dengan topik. Jika topik sekaligus menjadi judul, biasanya karangan akan bersifat umum dan ruang lingkupnya sangat luas Judul dibuat setelah selesai menggarap tema, sehingga bisa terjamin bahwa judul itu cocok dengan temanya. Sebuah judul yang baik akan merangsang perhatian pembaca dan akan cocok dengan temanya. Judul hanya menyebut ciri-ciri yang utama atau yang terpenting dari karya itu, sehingga pembaca sudah dapat membayangkan apa yang akan diuraikan dalam karya itu. Ada judul yang mengungkapkan maksud pengarang, misalnya dalam sebuah laporan eksposisi, contohnya
“Suatu Penelitian tentang Korelasi antara Kejahatan Anak-anak dan Tempat Kediaman yang Tidak Memadai”

b).Syarat dan Ciri ciri Topik dan Judul yang Baik
Syarat Topik Yang baik
• Bidang keahlian.
• Bidang studi yang didalami.
• Pengalaman penulis: pengalaman kerja, praktik dilapangan, penelitian, partisipasi dalam suatu kegiatan ilmiah.
• Bidang kerja atau profesi.
• Karakter penulis (baik, cerdas, inovatif, kreatif).
• Temuan yang pernah diteliti.
• Kualifikasi pengalaman: nasional, internasional.
• Kemampuan memenuhi tuntutan masyarakat pembacanya.
• Kemampuan memenuhi target kebutuhan segmen pembacanya, dan
• Temuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan pembacanya.

Syarat judul yang baik
harus relevan, judul harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau dengan beberapa bagian yang penting dari tema tersebut. judul harus dapat menimbulkan keingintahuan pembaca terhadap isi buku atau karangan.
harus singkat, tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangkaian kata yang singkat. Bila harus membuat judul yang panjang, ciptakanlah judul utama yang singkat dengan judul tambahan yang panjang tidak provokatif.
Judul karangan sedapat-dapatnya
A. singkat dan padat,
B. menarik perhatian, serta
C. menggambarkan garis besar (inti) pembahasan.

c).Cara Membatasi Topik
Membatasi Topik dalam Karangan
Seorang penulis harus membatasi topik yang akan digarapnya. Setiap penulis harus betul-betul yakin bahwa topik yang dipilihnya cukup sempit dan terbatas atau sangat khusus untuk digarap, sehingga tulisannya dapat terfokus.

Pembatasan topik sekurang-kurangnya akan membantu pengarang dalam beberapa hal:
1.Pembatasan memungkinkan penulis untuk menulis dengan penuh keyakinan dan kepercayaan, karena topik itu benar-benar diketahuinya.
2.Pembatasan dan penyempitan topik akan memungkinkan penulis untuk mengadakan penelitian yang lebih intensif mengenai masalahnya. Dengan pembatasan itu penulis akan lebih mudah memilih hal-hal yang akan dikembangkan.

Cara membatasi sebuah topik dapat dilakukan dengan mempergunakan cara sebagai berikut:
1.Tetapkanlah topik yang akan digarap dalam kedudukan sentral.
2.Mengajukan pertanyaan, apakah topik yang berada dalam kedudukan sentral itu masih dapat dirinci lebih lanjut? Bila dapat, tempatkanlah rincian itu sekitar lingkaran topik pertama tadi.
3.Tetapkanlah dari rincian tadi mana yang akan dipilih.
4.Mengajukan pertanyaan apakah sektor tadi masih dapat dirinci lebih lanjut atau tidak.
Dengan demikian dilakukan secara berulang sampai diperoleh sebuah topik yang sangat khusus dan cukup sempit.

2.a).Sebutkan dan jelaskan manfaat outline dan bagaimana langkah-langkah membuat outline ?

Pengertian Outline menurut bahasa adalah : kerangka, regangan, gari besar, atau guratan. Jadi Outline merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.
Manfaat Outline ( Kerangka Karangan )
1. Untuk menjamin tulisan terarah,dan konseptual
2. Untuk menyusun krangka karangan secara teratur
3. Membantu penulis melihat gagasan dalam kilas pandang,sehingga tulisan memiliki hubungan timbal balik yang disajikan dengan baik
4. Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda – beda
5. Menghindari penggarapan topik lebih dari dua kali atau lebih
6. Memudahkan penulis mencari materi pembantu

b).langkah langkah membuat outline


1. Tentukan tema apa yang akan Anda tulis.

2. Undang kehadiran ide dengan membuka pikiran Anda terhadap semua ide yang datang. Jangan pernah membatasi diri dengan aliran ide dari kecerdasan semesta.

3. Segera tulis ide-ide tersebut ke atas kertas, sekenanya. Jangan dikritisi. Biarkan ide-ide itu hadir dan mengalir begitu saja. Tugas Anda hanya menuliskannya.

4. Setelah cukup banyak ide yang berhasil Anda petik, periksalah cacatan Anda tadi. Amati dan seleksilah ide-ide itu satu demi satu. Yang relevan dengan tema yang Anda kehendaki, pakailah. Sebaliknya, kalau tidak berkaitan atau amat sedikit kaitannya, coret saja.

5. Susunlah sederetan ide yang Anda pilih itu secara sistematis. Mungkin dari yang umum ke yang khusus atau disusun secara kronologis. Perhatikan betul sistematisasi ide yang Anda susun itu. Pastikan tidak ada gagasan yang melompat-lompat. Buatlah susunan ide itu mengalir, kompak, dan sealur dari ide pertama, kedua, ketiga, dan selanjutnya sampai gagasan yang terakhir.

6. Kembangkan setiap ide utama dengan kalimat-kalimat penjelas/pelengkap. Satu ide utama bisa dikembangkan menjadi satu paragraf. Kalau Anda mempunyai 10 ide utama, maka minimal Anda sudah mendapatkan 10 paragraf. Ini sudah cukup untuk sebuah artikel.

3.a).Sebutkan dan jelaskan unsur alinea dan jelaskan ciri-ciri dari kalimat utama dan penjelas ?  

Alinea adalah bagian wacana yang mengungkapkan suatu pikiran yang lengkap atau satu tema yang dalam ragam tulis ditandai oleh baris pertama yang menjorok kedalam atau jarak spasi yang lebih

Unsur unsur alinea :
* Setiap alinea mengandung makna,pesan,pikiran,atau ide pokok yang relevan dengan ide pokok keseluruhan karangan.
* Alinea umumnya dibangun oleh sejumlah kalimat.
* Alinea adalah satu kesatuan ekspresi pikiran.
* Alinea adalah kesatuan yang koheren dan padat
* Kalimat-kalimat alinea tersusun secara logis-sistematis.

b).Ciri ciri Kalimat Utama dan Kalimat Penjelas

1.Kalimat Utama atau Kalimat Pokok adalah kalimat yang digunakan sebagai tempat menuangkan pokok pikiran atau gagasan utama. Pokok pikiran atau gagasan utama sama dengan ide pokok gagasan pokok.

Ciri-ciri kalimat utama:
a.Biasanya diletakkan pada awal paragraph, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian akhir paragraph.
b.Suatu kalimat berisikan kalimat utama ditandai oleh kata-kata kunci seperti:
•Sebagai kesimpulan….
•Yang penting….
•Jadi, …..
•Dengan demikian…
c. Biasanya berisi suatu pernyataan yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat penjelas.
2. Kalimat Penjelas adalah kalimat yang berisi gagasan yang mendukung atau menjadi penjelas kalimat utama. Kalimat-kalimat penjelas tersebut dalam setiap paragraph harus membentuk satu kesatuan gagasan.

Ciri-ciri kalimat penjelas:
a. Berisi penjelasan seperti:
•Contoh-contoh
•Rincian
•Keterangan
•Dll.
b. Kalimat penjelas biasanya memerlukan kalimat penghubung.
c. Selalu menghubungkan kalimat-kalimat dalam paragrap

4.a).Sebutkan syarat-syarat alinea yang baik dan metodemengembangan kalimat utama ?

Syarat-syarat pembentukan paragraph atau alinea diantaranya:

1.Kesatuan, yaitu tiap paragraph/alinea hanya mengandung satu pikiran/satu tema. Jika dalam sebuah paragraph terdapat kalimat yang menyimpang dari masalah yang sedang di bicarakan, berarti dalam paragraph tersebut terdapat lebih dari satu ide atau masalah.
2.Kepaduan. Sepertinya hal kalimat efektif, dalam paragraph ini juga dikenal istilah kepaduan atau koherensi. Kepaduan paragraph ini akan terwujud jika aliran kalimat tersebut berjalan lancer serta logis. Untuk itu, penggunaan kata ganti dan kata sambung serta frasa penghubung dapat dimanfaatkan dengan baik.
3.Pengembangan Paragraf. Pengembangan paragraph sangat berkaitan erat dengan posisi kalimat topik karena kalimat topik yang mengandung inti permasalahan atau ide utama paragraph. Pengembangan paragraph deduktif berbeda dengan paragraph induktif. Karena paragraph deduktif menempatkan ide atau gagasan utama pada awal paragraph, sedangkan paragraph induktif kebalikan dari deduktif dimana penempatan ide atau gagasan utama pada akhir paragraph. Selain kalimat topic, pengembangan paragraph berhubungan pula dengan fungsi paragraph yang akan dikembangkan sebagai paragraph pembuka, paragraph pengembang, atau paragraph penutup.

b).Cara Mengembangkan Kalimat Utama


Secara garis besar teknik pengembangan paragraf ada dua macam. Teknik pertama, menggunakan “ilustrasi“. Apa yang dikatakan kalimat topik itu dilukiskan dan digambarkan dengan kalimat-kalimat penjelas sehingga di depan pembaca tergambar dengan nyata apa yang dimaksud oleh penulis. Teknik kedua, dengan “analisis”, yaitu apa yang dinyatakan kalimat topik dianalisis secara logika sehingga penyataan tadi merupakan suatu yang meyakinkan.

Dalam praktek pengembangan paragraf, kedua teknik di atas dapat dirinci lagi menjadi beberapa cara yang lebih praktis, di antaranya dengan
(a) memaparkan hal-hal yang khusus (umum-khusus/khusus-umum),
(b) memberikan contoh, (b) menampilkan fakta-fakta,
(c) memberikan alasan-alasan, dan
(d) dengan bercerita, definisi luas, atau campuran. Ketiga cara tersebut dapat dilihat pada contoh-contoh berikut.

a. Pengembangan Paragraf dengan Memaparkan Hal-Hal Khusus

1) Kalimat Utama ditulis pada awal paragraf, kemudian diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas. Berikut ini contoh pengembangan paragraf dengan memaparkan hal-hal khusus.

(1) Semua isi alam ini ciptaan Tuhan.
(2) Ciptaan Tuhan yang paling berkuasa di dunia ini adalah manusia.
(3) Manusia diizinkan oleh Tuhan memanfaatkan isi alam ini sebaik-baiknya.
(4) Akan tetapi, tidak diizinkan menyiksa, mengabaikan, dan menyia-nyiakan.

Paragraf seperti ini dinamakan paragraf deduktif. Paragraf-paragraf dalam karya ilmiah umumnya berbentuk deduktif. Pengembangan paragraf itu dapat didiagramkan sebagai berikut.

khusus (2)

umum (1)

khusus (3)

khusus (4)

Selain itu, paragraf dapat disusun dengan cara mengembangkan ide pokok secara khusus-umum. Berikut ini contoh pengembangan paragraf khusus-umum.

(1) Sudah beberapa kali Pancasila dirongrong bahkan hendak diubah dan dipecah-pecah. (2) Namun, setiap usaha yang hendak mengubah, merongrong, dan memecah-mecah itu ternyata gagal. (3) Betapa pun usaha itu dipersiapkan dengan cara yang teliti dan matang, semuanya dapat dihancurleburkan. (4) Bukti yang lalu meyakinkan kita bahwa Pancasila benar-benar sakti, tidak dapat diubah dan dipecah-pecah.

Paragraf seperti ini dinamakan paragraf induktif. Mula-mula dikemukakan hal-hal khusus kemudian dipaparkan hal umum yang merupakan pikiran pokok. Pengembangan paragraf seperti itu dapat didiagramkan sebagai berikut.

khusus (1)

khusus (2) umum (4)

khusus (3)

b. Pengembangan Paragraf dengan Pemberian Contoh

Dalam jenis pengembangan ini dikemukakan suatu pernyataan, kemudian disebutkan rincian-rincian berupa contoh-contoh kongkret. Berikut ini contoh pengembangan paragraf dengan memberikan contoh-contoh.

Kesalahan dalam penulisan karya ilmiah, pada umumnya terletak pada pemilihan kata (diksi) dan penyusunan kalimat efektif. Kesalahan pemilihan kata yang tepat, di antaranya digunakannya kata sering, mungkin, kadang-kadang, sangat, dan memang yang mengarah pada ketidakyakinan penulis akan hal yang dikemukakan. Adapun kesalahan penyusunan kalimat efektif, misalnya menulis kalimat yang panjang yang di dalamnya terdapat kata yang tidak perlu, seperti penulisan kata dapat, telah, dan adalah pada kalimat Dalam bab ini dapat dituliskan dua hal yang telah menjadi temuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Untuk itu dalam menggunakan cara ini, penulis hendaknya pandai memilih contoh-contoh yang umum, representatif, dan dapat mewakili keadaan sebenarnya.

c. Pengembangan Paragraf dengan Menampilkan Fakta-Fakta

Pengembangan paragraf dengan cara ini mula-mula dikemukakan pendapat umum yang menjadi pikiran pokok kemudian kalimat-kalimat penjelas yang merupakan fakta-fakta yang meyakinkan pendapat tersebut. Berikut ini contoh pengembangan paragraf dengan cara tersebut.

Banyak ilmuwan Indonesia yang tidak dapat menggunakan paragraf secara efektif. Kagagalan ini terjadi karena tidak dipahaminya fungsi paragraf sebagai pemersatu kalimat-kalimat yang koheren serta berhubungan secara sebab dan akibat untuk menjelaskan suatu kesatuan gagasan atau tema. Oleh karena itu, sering dijumpai tulisan yang sukar dipahami sebab tidak jelas pemisahan bagian-bagiannya untuk menghasilkan argumen yang meyakinkan.

d. Pengembangan Paragraf dengan Memberikan Alasan-Alasan

Alasan-alasan yang digunakan untuk mengembangkan paragraf jenis ini dapat berupa sebab-akibat atau akibat-sebab. Dalam pengembangan jenis sebab-akibat, lebih dahulu dikemukakan fakta yang menjadi sebab terjadinya sesuatu kemudian diikuti rincian-rincian sebagai akibatnya. Dalam hal ini, sebab merupakan pikiran utama, sedangkan akibat merupakan pikiran-pikiran penjelas.

Contoh:

(1) Kemampuan menyusun paragraf yang baik adalah modal kesuksesan bagi mahasiswa. (2) Ia dapat mengungkapkan ide atau gagasannya dengan jelas kepada dosen atau kepada partisipan ketika berdiskusi. (3) Tugas-tugas juga terbaca dan dapat dipahami dengan cepat oleh dosen karena ide, gagasan, maupun argumentasinya dipaparkan dengan menggunakan kalimat-kalimat yang singkat, padat, dan jelas. (4) Dosen tidak segan memberikan nilai yang bagus karena tidak memusingkan kepala ketika memeriksa dan argumentasinya jelas meskipun kurang tepat.

Paragraf tersebut tergolong paragraf deduktif. Kalimat
(1) merupakan sebab, sedangkan kalimat (2), (3), dan (4) merupakan akibat. Pengembangan ini dapat didiagramkan sebagai berikut.



akibat (2)

sebab (1) akibat (3)

akibat (4)

Dalam suatu rentetan proses, peristiwa kedua yang semula sebagai akibat itu dapat menjadi sebab pada peristiwa ketiga. Demikian seterusnya sehingga proses itu menjadi rentetan sebab-akibat yang panjang. Contoh pengembangan paragraf jenis ini sebagai berikut.

(1) Ketidakjelasan dalam mengemukakan pendapat atau maksud penulis atau pembicara kepada pembaca atau penulis dapat mengakibatkan terjadinya konflik.
(2) Konflik itu terjadi karena pesan yang disampaikan pembicara atau penulis ditangkap lain oleh pendengar atau pembaca.
(3) Pendengar atau pembaca menyampaikan pesan yang ditangkapnya kepada yang bersangkutan.
(4) Orang yang bersangkutan tidak terima dan membalasnya.

Kebalikan pengembangan sebab-akibat ialah akibat-sebab. Dalam hal ini, akibat suatu kejadian merupakan pikiran-pikiran utama, sedangkan sebab merupakan pikiran penjelas.

(1) Dia terpaksa tidak melanjutkan kuliahnya di Unnes. Sudah beberapa bulan ibunya sakit.
(3) Ayahnya sudah meninggal satu tahun yang lalu.
(4) Adik-adiknya masih kecil.
(5) Sementara ibunya membutuhnya biaya pengobatan.
(6) Untuk itu, terpaksa ia harus meninggalkan kuliahnya karena harus bekerja.

d. Pengembangan Paragraf dengan Perbandingan

Dalam jenis pengembangan ini dipaparkan semua persamaan dan atau perbedaan tentang dua atau lebih objek/gagasan. Paragraf berikut merupakan paragraf yang dikembangkan dengan perbandingan.

Contoh a:

(1) Dalam kesusastraan Indonesia kita mengenal cipta sastra yang disebut pantun dan syair.
(2) Kedua cipta sastra itu berbentuk puisi dan tergolong hasil sastra lama.
(3) Kedua puisi lama itu jumlah baris-barisnya sama, yaitu empat baris.
(4) Baik pantun maupun syair seperti pada bentuk aslinya, tidak kita jumpai pada cipta sastra masa kini.
(5) Kalau pun ada, biasanya hanya dalam nyanyian saja.

Pada pengembangan contoh a di atas dipaparkan perbandingan pantun dan syair dari segi persamaan-persamannya.

Contoh b:

(1) Pantun dan syair mempunyai beberapa perbedaan.
(2) Perbedaannya terlihat jelas pada sajaknya.
(3) Pantun bersajak silang (abab), sedangkan syair bersajak sama (aaaa).
(4) Selain itu, dua baris pertama pada pantun hanya berupa sampiran, sedangkan isinya terletak pada baris ketiga dan keempat.
(5) Pada syair yang tidak ada sampiran, keempat barisnya mengandung isi yang saling bertautan.

Pada pengembangan contoh b di atas, dipaparkan perbandingan pantun dan syair dari segi perbedaan-perbedaannya.

Contoh c:

(1) Pantun dan syair mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan.
(2) Keduanya tergolong puisi lama yang terdiri atas empat baris.
(3) Pada syair keempat barisnya merupakan isi, sedangkan pada pantun isinya terletak pada baris ketiga dan keempat.
(5) Pantun berasal dari bumi Indonesia, sedangkan syair berasal dari sastra Arab.

Pada pengembangan contoh c di atas, perbandingan dipaparkan dengan persamaan–kalimat (2)–dan perbedaan-perbedaan–kalimat (3), (4), dan (5).

Pengembangan dan perbandingan dapat disusun dengan dua cara. Cara pertama, mula-mula dituliskan semua rincian tentang hal I, kemudian rincian semua hal II. Jadi, rincian masing-masing disebutkan secara terpisah. Paragraf itu seolah-olah terbagi atas dua bagian, yaitu bagian I + rincian-rinciannya, dan bagian II + rincian-rinciannya juga.

Pengembangan dengan perbandingan cara kedua ialah rincian-rincian hal I, itu dituliskan tidak terpisah, artinya selalu dalam satu kalimat, dan seterusnya. Lihat pengembangan contoh c, kalimat (3), (4), dan (5). Rincian-rincian yang disebutkan dalam cara kedua itu harus sejajar. Dalam praktek mengarang lebih banyak digunakan cara yang kedua sebab persamaan dan perbedaan dua hal yang dibandingkan itu lebih mudah dipahami dan diingat. Sebab itu, hendaklah dipakai cara kedua.

e. Pengembangan Paragraf dengan Definisi Luas

Definisi luas (definisi formal yang diperluas) dapat dipakai untuk mengembangkan pokok pikiran. Semua penjelasan atau uraian menuju pada perumusan definisi itu. Berikut contoh pengembangan paragraf dengan definisi luas.

Karangan eksposisi adalah karangan yang berusaha menerangkan suatu hal atau sesuatu gagasan. Dalam memaparkan sesuatu, kita dapat menjelaskan dan memberi keterangan belaka, dapat pula mengembangkan sebuah gagasan sehingga menjadi luas dan gampang dimengerti. Panjang karangan tidak dibatasi, bergantung pada kemampuan pengarang dalam memaparkan atau memberikan penjelasan ide atau gagasan yang disampaikan.

Pengembangan dengan definisi luas tidak hanya berupa paragraf, bahkan dapat pula berupa sebuah buku. Meskipun demikian, dasar-dasar definisi tetap sama.

f. Pengembangan Paragraf dengan Campuran

Dalam jenis pengembangan ini, rincian-rincian terhadap kalimat utama terdiri atas campuran dari dua atau lebih cara pengembangan paragraf. Jadi, misalnya terdapat campuran umum-khusus dengan sebab akibat, sebab-akibat dengan perbandingan, contoh-contoh dengan perbandingan, dan sebagainya. Berikut contoh pengembangan paragraf jenis ini.

(1) Bahasa tutur ialah bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari, terutama dalam percakapan.
(2) Pada umumnya bersahaja/sederhana dan singkat bentuknya.
(3) Kata-kata yang digunakan tidak banyak macam dan jumlahnya.
(4) Lagi pula hanya menggunakan kata-kata yang lazim dipakai sehari-hari.
(5) Untuk itu, digunakan kata kata tutur, yaitu kata yang hanya boleh dipakai dalam bahasa tutur, misalnya bilang, bikin, sendirian, nggak, emang, dipikirin, dan sebagainya.
(6) Sering pula kata-katanya dibentuk secara salah, misalnya dibikin betul (dibetulkan), belum lihat (belum melihat), merobah (mengubah), dan sebagainya.
(7) Lafalnya pun sering menyimpang dari lafal yang umum, misalnya: dapet (dapat), malem (malam), ampat (empat), dipersilahkan (dipersilakan), dan sebagainya.
(8) Bahkan sering juga menggunakan urutan kata yang menyimpang dari bahasa umum